24 Oct 2016

Aku dan FLP; Akhirnya Aku “Berjamaah” di FLP

SEJAK kelas tiga SD saya suka membaca. Awal rasa cinta saya terhadap buku berawal ketika Pak Sahmad, kepala sekolah yang merangkap sebagai wali kelasku saat itu membawa setumpuk buku dan menyuruh kami untuk memilih satu buku. Saat itu aku baru masuk kelas tiga. Dan saat itu juga aku mengenal buku bacaan. Seminggu sekali pak sahmad membawa buku bacaan untuk kami baca. Di lain waktu beliau mengajak kami ke perpustakaan dan menyuruh memilih buku yang kami suka.

Kadang juga, beliau membawa setumpuk majalah anak-anak dan membagikannya kepada kami. Aku masih ingat nama majalahnya. Si kuncung dan andaka. Dua majalah anak-anak yang didedikasikan untuk anak-anak indonesia dan diterbitkan oleh dinas pendidikan. Kadang ada beberapa edisi majalah yang sengaja tidak dibagikan kepada siswa karena jumlah eksemplarnya yang terbatas. Diam-diam saya suka menyelinap masuk ruang UKS –dimana majalah itu di simpan di rak khusus- dan membawanya diam-diam untuk dibaca di rumah. Ini kenakalan masa kecil yang sangat memalukan tapi sangat berkesan.

Ketika aku masuk perpustakaan, buku yang pertama saya cari pasti buku-buku fabel dan dongeng yang bergambar. Perpustakaan sekolahku jauh dari kata sempurna. Koleksi bukunya kebanyakan buku-buku lama yang sudah usang sumbangan dari program bantuan sekolah impres. Satu buku biasanya berhasil saya lahap dalam sekali duduk di rumah. Dan sisa harinya aku hanya bisa bengong karena tidak ada lagi buku bacaan yang bisa aku baca. Dan parahnya lagi, sekolah hanya mengizinkan siswanya untuk meminjam satu buku selama tiga hari. Benar-benar membosankan.

Menginjak kelas satu SMP, bahan bacaanku mulai berkembang. Seorang husni yang beranjak remaja tidak lagi berkutat dengan buku-buku dongeng dan cerita anak. Aku mulai memungut  buku majalah-majalah remaja yang biasa dibaca kawan sekelas. Majalah aneka yess dan novel-novel teentlit yang bercerita tentang dunia remaja mulai mewarnai hari-hariku. Semua buku dan malajah itu saya dapatkan dari teman sekelas yang biasa dibelikan buku oleh bapaknya yang bekerja di kota kabupaten.
Menginjak kelas tiga SMP aku mulai belajar menulis. Saat itu aku rajin menulis puisi dan cerpen. Aku menulisnya dengan tulisan tangan di kertas HVS, menjilidnya dan membawanya ke sekolah. Teman-temanku lumayan antusias membaca karya sederhanaku. Sayangnya saat itu cerpen-cerpenku tak jauh dari kisah cinta picisan ala anak remaja metropolitan. Maklum, novel-novel teentlit picisan telah mempengaruhi pola pikirku.

Setelah lulus dari SMP, aku melanjutkan ke Madrasah Aliyah di luar kota. Dari sini rasa sukaku pada dunia literasi tidak memudar. Bedanya, di madrasah aku mengenal pengetahuan keislaman. Dan perlahan aku juga mulai menekuni buku-buku yang serius. Buku-buku terjemahan dari timur tengah mulai aku baca seiring rasa hausku pada pengetahuan agama. Selain itu aku juga mengenal majalah-majalah islam semacam majalah sabili, arrisalah, hidayah, alkisah, alfurqon dan banyak lagi yang lainnya. Selain itu aku juga mulai mengenal fiksi islami. Saat itu teman-temanku banyak mengoleksi kumcer dan novel islami dari penerbit-penerbit islam yang notabene hasil karya dari para anggota FLP.

Saat itulah aku mulai penasaran dengan FLP. Apalagi di cover belakang buku selalu dicantumkan logo FLP setelah logo penerbit buku tersebut. Terlebih lagi banyak endorsement dari para senior FLP dan biodata para penulis FLP. Saat itu juga aku sangat tertarik untuk bergabung dengan FLP. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya menjadi anggota. Lagi pula, sudah beberapa kali aku mencari informasi tentang FLP cabang tasikmalaya lewat google. Hasilnya nihil. Adapun yang terdekat hanya ada di jatinangor bandung. Dan itu artinya aku tidak bisa menjadi anggota FLP jika di daerahku sendiri tidak ada cabang FLP.

Kalau berbicara tentang FLP, tiba-tiba aku teringat majalah annida. Karena bagaimana pun juga annida adalah kawah candradimuka bagi para anggota FLP yang rata-rata sukses menelurkan karya-karya mereka berupa buku. Dan lagi-lagi perkenalanku dengan majalah annida berawal dari “kebetulan” yang tiada disangka sebelumnya. Ceritanya, aku diajak temanku untuk berkunjung ke Islamic Book Fair di jakarta pada tahun 2010 silam. Di sana aku menemukan stand majalah ummi (secara aku sudah mengenal nih majalah karena kakakku sempat berlangganan). Langsung aku beli beberapa edisi yang sudah terlewat. Tapi tiba-tiba mataku tertuju pada satu nama; ANNIDA. Pikirku, majalah ummi juga punya ‘saudara’ rupanya. Karena penasaran, aku langsung kepo buka-buka beberapa edisi. Isinya bagus dan inspiratif. Apalagi slogannya yang meremaja banget. Ditambah rubrikasinya yang full fiksi islami. Tak tanggung-tanggung aku langung beli belasan edisi lama.

Ternyata baru aku tahu bahwa para penulis yang biasa mejengin karya di annida adalah para penulis novel dan kumcer yang namanya sudah tidak asing lagi di telingaku. Mengingat selama aku sekolah, aku sering meminjam buku-buku fiksi silami punya temen sekelas. Sebutlah misalnya Helvi Tiana Rosa, Asma Nadia, Rahmadiyanti Rusdy, Sinta Yudisia, Afifah Afra, Gol A Gong, Nurul Huda, Pipiet Senja dan banyak lagi yang lainnya
****
Setelah lulus Madrasah Aliyah aku melanjutkan ke STAI Al-Hidayah jurusan tarbiyah di bogor melalui jalur beasiswa yang ditawarkan oleh Ma’had al-Huda. Alhamdulillah aku diterima. Selama masa perkuliahan aku juga diharuskan untuk menjadi relawan CRB (Cinta Remaja Bangsa), yayasan yang bergerak di bidang pembinaan remaja indonesia. Kebetulan yayasan CRB dengan kampus STAI bekerja sama dan masih dalam satu naungan yayasan huda group.

Selama tiga bulan masa pengkaderan di bogor, dilanjutkan menjadi relawan di depok dan bekasi selama dua bulan, aku berkesempatan untuk berkiprah di daerah solo. Aku dan teman-temanku sangat menikmati hari-hari di kota solo. Bagaimana tidak, solo adalah kota yang sangat eksotis bagiku. Banyak tempat-tempat yang begitu berkesan dan salahsatu kesan baik dari solo adalah tempat belanja buku yang lumayan banyak. Aku selalu menyempatkan paling tidak sebulan sekali untuk belanja buku-buku murah di Pasar Klewer, taman sriwedari, Gramedia, Toga mas dan Arrofah.

Di solo pula, impianku untuk bisa mengenal FLP lebih dekat bisa terwujud. Qodarullah, suatu ketika aku mendapatkan informasi ada pameran buku murah di goro Assalam hypermart. Dan hari pertama aku langsung berkunjung ke sana. Tak lupa meminta brosur jadwal kegiatan yang diadakan oleh pihak panitia.

Salah satu kegiatan yang membuat aku kesengsem adalah acara kepenulisan dengan tema Writing Simple Story bersama Mas Opik Oman, sang ketua FLP Solo Raya. Mengetahui di solo ada FLP, aku menjadi bersemangat dan harapanku untuk menjadi anggota semakin menggebu-gebu.

Setalah acara selesai, aku langsung mencatat nomor WA Opik Oman dan mulai chating nanya-nanya bagaimana caranya jadi anggota FLP. Sayangnya, perekrutan anggota diadakan setahun sekali. Jadi, aku harus menunggu tahun depan. Tapi mas oman bilang, jadi anggota FLP itu bukan hal yang paling urgent. Percuma jadi anggota tapi kagak berkarya. Yang penting sekarang kamu asah ketrampilan menulismu, begitu katanya. Aku pikir benar juga.

Maka Mas Oman menawariku untuk ikut program KEMECER (Kelas Menulis Cerita) yang diadakan okeh FLP Solo setiap hari sabtu. Aku sangat antusias dan berharap bisa mengikuti setiap sabtunya. Sayangnya, hari sabtu adalah hari dimana aku punya jadwal mengajar ekstrakulikuler  BTQ di salah satu SMK Swasta di kota surakarta. Aku pikir, mungkin masih belum rezekiku ikut FLP. Kebayang betapa kecewanya anak-anak binaanku kalau seandainya aku absen mengajar alquran gara-gara ikut kelas KEMECER.
Dan rupanya Allah mengetahui bagaimana keinginanku. Pihak sekolah tempat aku mengajar mengatakan bahwa ada kegiatan dadakan di hari sabtu. Sehingga jadwal mengajarku diliburkan satu minggu. Aku tersenyum lega. Jadi aku bisa punya kesempatan ikut KEMECER walau hanya satu hari.

Ketika bertemu dengan mas Oman saya mengatakan keinginanku untuk ikut program KEMECER, tapi lewat WA. Dimana saya mengirimkan cerpen-cerpen saya lewat email dan Mas Oman bisa mengoreksi dan membedah karya saya di WA. Mas Oman setuju, mengingat dia juga tahu kesibukan saya pada hari sabtu sehingga tidak bisa mengikuti programnya. Bahkan ia sangat antusias ketika membedah karya saya. Mas Oman berjanji akan memasukan salahsatu karya saya ke dalam buku Antologi bersama FLP Solo Raya dan diterbitkan secara Indie.  Alhamdulillah...



Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment